Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik buruknya kualitas manusia. Pendidikan pada dasarnya merupakan
suatu usaha pengembangan sumber daya manusia ( SDM ), walaupun usaha
pengembangan SDM tidak hanya dilakukan melalui pendidikan khususnya pendidikan
formal ( sekolah ). Tetapi sampai detik ini, pendidikan masih dipandang sebagai
sarana dan wahana utama untuk pengembangan SDM yang dilakukan dengan
sistematis, programatis, dan berjenjang.
Berbicara tentang pendidikan, hampir sebagian besar kualitas dipengaruhi oleh peranan guru. Bahkan ada sebuah pernyataan bahwa di tangan guru yang buruk, kurikulum yang baik akan menjadi jelek, tetapi ditangan guru yang baik, kurikulum yang jelek akan menjadi bagus. Dengan demikian betapa bermaknanya peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Guru masa depan harus memiliki profesionalisme. Istilah profesionalisme guru tentu bukan sesuatu yang asing dalam dunia pendidikan. Orang yang profesional adalah orang yang mampu melaksanakan tugas jabatannya secara mumpuni, baik secara konseptual maupun aplikatif. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mumpuni dalam melaksanakan tugas jabatan guru.
Sementara itu, Glickman (1981) memberikan ciri profesionalisme guru dari dua sisi, yaitu kemampuan
berpikir abstrak (abstraction) dan komitmen (commitment). Guru
yang profesional memiliki tingkat berpikir abstrak yang tinggi, yaitu mampu
merumuskan konsep, menangkap, mengidentifikasi, dan memecahkan berbagai macam
persoalan yang dihadapi dalam tugas, dan juga memiliki komitmen yang tinggi
dalam melaksanakan tugas. Dengan profesionalisme guru maka diharapkan mutu hasil
pendidikan akan semakin meningkat.
Mutu
pendidikan di SMP Negeri 3 Susut belum mencapai target yang digariskan
sebagaimana yang tertera dalam RKS yakni tercapainya nilai ujian sekolah dan
ujian nasional dengan rata-rata 8,0. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor
salah satunya adalah rendahnya kualitas proses pembelajaran. Rendahnya kualitas
proses pembelajaran kalau dirunut maka akan tiba pada suatu titik yakni
rendahnya kemampuan guru dalam melakukan inovasi pembelajaran.
Inovasi
pembelajaran dapat dilaksanakan manakala guru mampu melakukan pencermatan
masalah yang terjadi pada siswa yang diajar, mengetahui berbagai strategi pembelajaran
sesuai dengan karakteristik siswa, dan memiliki ketekunan untuk selalu
melakukan perbaikan pembelajaran. Ketiga kemampuan guru tersebut sangat
dipengaruhi oleh kemampuan guru melakukan pengembangan profesi khususnya
kemampuan penelitian tindakan kelas (PTK).
Belakangan ini Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) semakin menjadi trend untuk dilakukan oleh para
profesional sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan mutu di berbagai
bidang. Awal mulanya, PTK, ditujukan untuk mencari solusi terhadap masalah
sosial (pengangguran, kenakalan remaja, dan lain-lain) yang berkembang di
masyarakat pada saat itu. PTK dilakukan dengan diawali oleh suatu kajian
terhadap masalah tersebut secara sistematis. Hal kajian ini kemudian dijadikan
dasar untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam proses pelaksanaan rencana yang
telah disusun, kemudian dilakukan suatu observasi dan evaluasi yang dipakai
sebagai masukan untuk melakukan refleksi atas apa yang terjadi pada tahap
pelaksanaan. Hasil dari proses refeksi ini kemudian melandasi upaya perbaikan
dan peryempurnaan rencana tindakan berikutnya. Tahapan-tahapan di atas
dilakukan berulang-ulang dan berkesinambungan sampai suatu kualitas
keberhasilan tertentu dapat tercapai (Tatang Sunendar, 2008).
Dalam bidang pendidikan,
khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu penelitian
terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu proses dan
hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahap-tahap PTK, guru dapat
menemukan solusi dari masalah yang timbul di kelasnya sendiri, bukan kelas
orang lain, dengan menerapkan berbagai ragam teori dan teknik pembelajaran yang
relevan secara kreatif. Selain itu sebagai penelitian terapan, disamping guru
melaksanakan tugas utamanya mengajar di kelas, tidak perlu harus meninggalkan
siswanya. Jadi PTK merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah
aktual yang dihadapi oleh guru di lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru
mempunyai peran ganda : praktisi dan peneliti.
Ada beberapa alasan mengapa
PTK merupakan suatu kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan profesional seorang
guru, yakni sebagai berikut. 1) PTK
sangat kondusif untuk membuat guru menjadi peka tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelasnya. Dia menjadi reflektif dan kritis terhadap lakukan.apa
yang dia dan muridnya. 2) PTK
dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi profesional. Guru tidak lagi
sebagai seorang praktis, yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan
selama bertahun-tahun tanpa ada upaya perbaikan dan inovasi, namun juga sebagai
peneniliti di bidangnya. 3) Dengan
melaksanakan tahapan-tahapan dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses
pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terhadap apa
yang terjadi di kelasnya. Tindakan yang dilakukan guru semata-mata didasarkan
pada masalah aktual dan faktual yang berkembang di kelasnya. 4) Pelaksanaan PTK tidak
menggangu tugas pokok seorang guru karena dia tidak perlu meninggalkan
kelasnya. PTK merupakan suatu kegiatan penelitian yang terintegrasi dengan
pelaksanaan proses pembelajaran. 5) Dengan
melaksanakan PTK guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan
upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik
pembelajaran serta bahan ajar yang dipakainya. 6) Penerapan
PTK dalam pendidikan dan pembelajaran memiliki tujuan untuk memperbaiki dan
atau meningkatkan kualitas praktek pembelajaran secara berkesinambungan
sehingga meningkatan mutu hasil instruksional; mengembangkan keterampilan guru;
meningkatkan relevansi; meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta
menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
Untuk
menyelesaikan masalah yang demikian kronisnya, maka strategi kepala sekolah
dalam memberikan tugas pembuatan PTK
bagi para guru harus lebih tegas, runut, bertahap, dan aplikatif. Mengingat runutan masalah di atas, maka
strategi peningkatan kemampuan PTK para guru dengan metode Tugas Tulis
Terstruktur Terbimbing dan Aplikatif (T4A) menjadi tawaran menarik.
Metode
T4A
T4A (Tugas Tulis
Terstruktur Terbimbing dan Aplikatif) adalah sebuah strategi peningkatan
profesionalisme guru dalam menemukenali masalah pembelajaran di kelas dan upaya
pemecahannya. Hasil dari seluruh penugasan pada strategi ini akan menjadi bahan
laporan penelitian tindakan kelas bagi guru bersangkutan. Baik buruknya
pengerjaan tugas oleh guru akan berpengaruh pada baik buruknya laporan PTK yang
dihasilkan. Untuk memberikan arah dan pedoman T4A, maka dirumuskan
tahapan-tahapan penugasan kepada guru,
dengan membagi menjadi 10 tugas, sebagai berikut.
1.
Inventarisasi Masalah
2.
Klasifikasi Masalah
3.
Identifikasi Faktor-faktor
Penyebab Masalah yang Penting dan Urgen
4.
Merumuskan alternative
pemecahan Masalah
5.
Membuat Silabus, Rencana Pengembangan
Pembelajaran dan Instrumen Penilaian Siklus I
6.
Membuat Proposal penelitian
7.
Melaksanakan Pembelajaran,
Evaluasi, dan Refleksi Siklus I
8.
Membuat Silabus, Rencana Pengembangan
Pembelajaran dan Instrumen Penilaian Siklus II
9.
Melaksanakan Pembelajaran,
Evaluasi, dan Refleksi Siklus II
10. Mengumpulkan
semua hasil dan membuat laporan PTK
Tugas
01 yakni inventarisasi masalah. Pada tahap inventarisasi
masalah yang dilakukan guru adalah melakukan inventarisasi terhadap
masalah-masalah yang dihadapi di kelas yang menyangkut masalah sebagai berikut.
a) Karakter peserta didik. b) Materi pembelajaran, c) Media pembelajaran. Tugas ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan
menemukan berbagai permasalahan yang ada di kelas.
Tugas
02 yakni klasifikasi masalah. Pada tahap klasifikasi
masalah yang dilakukan oleh guru adalah mengkategorisasi semua permasalahan
menurut penting atau tidak masalah tersebut untuk dipecahkan. Selanjutnya,
dilakukan pada tahap ini adalah mengemukakan alasan akan penting dan urgennya
masalah tersebut. Akhirnya, setelah ditemukan masalah yang penting untuk
dipecahkan, maka dilanjutkan dengan kategorisasi menurut masalah yang dapat
atau tidak dapat dipecahkan oleh guru bersangkutan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan para guru
untuk menemukan masalah yang menjadi fokus pemikiran peneliti untuk dipecahkan.
Tugas
03 yakni identifikasi faktor-faktor
penyebab masalah yang penting dan urgen. Pada tahap ini yang
dilakukan oleh guru adalah memaparkan semua penyebab timbulnya permasalah yang
penting dan urgen tersebut. Dengan kemampuan para
guru mengerjakan tugas 03 tersebut, maka akan mendorong kemampuan untuk mencari
akar masalah dari permasalahan yang teramati di kelas.
Tugas
04 yakni merumuskan alternative pemecahan masalah. Pada tahap ini yang
dilakukan oleh guru adalah memaparkan semua cara pemecahan masalah dan memiliki
pemecahan masalah yang terbaik dan sanggup untuk dilakukan oleh guru
bersangkutan. Tugas ini memandu para guru untuk
mengkrucutkan pemikiran dalam melaksanakan tindakan.
Tugas
05 yakni membuat silabus,
rencana pengembangan
pembelajaran dan instrumen penilaian siklus I. Pada tahap ini guru membuat
silabus, RPP dan instrument evaluasi
sesuai dengan cara pemecahan masalah yang dihadapi oleh siswa. Kemampuan yang terasah dari pengerjaan tugas ini adalah
kemampuan membuat perencanaan pembelajaran berbasis masalah yang sesuai dengan
strategi pembelajaran yang dipilih.
Tugas
06 yakni membuat proposal
penelitian. Pada
tahap pembuatan proposal penelitian, guru membuat uraian semua tugas yang telah
dilewati dan menuangkannya dalam proposal penelitian. Dengan terselesaikannya proposal penelitian ini, maka
hampir 60 % PTK sudah dapat terselesaikan. Kemampuan membuat proposal PTK
merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan PTK.
Tugas
07 yakni melaksanakan pembelajaran,
evaluasi, dan refleksi siklus I. Pada tahap pelaksanaan
pembelajaran guru melakukan pembelajaran sesuai dengan strategi yang diajukan,
melakukan observasi terhadap siswa, mengevaluasi kemampuan para siswa, dan
merefleksi hasil belajar dan proses yang sudah dilakukan. Tugas ini melatih para guru untuk mulai belajar mencatat
segala hal yang terjadi pada proses pembelajaran, dan hasil dari tindakan,
serta ditindaklanjuti dengan melakukan refleksi.
Tugas
08 yakni membuat silabus,
rencana pengembangan
pembelajaran dan instrumen penilaian siklus II berdasarkan refleksi siklus I. Pada
tahap ini guru membuat RPP dan instrument evaluasi sesuai dengan cara pemecahan
masalah dari
hasil refleksi siklus I. Tugas ini memberikan
pembelajaran tentang pembuatan perencanaan pembelajaran hasil refleksi.
Tugas
09 yakni melaksanakan pembelajaran,
evaluasi, dan refleksi siklus II. Pada tahap pelaksanaan
pembelajaran guru melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan strategi yang
diajukan dan penyempurnaan hasil refleksi siklus I, melakukan observasi
terhadap siswa, mengevaluasi kemampuan para siswa, dan merefleksi hasil belahjar
dan proses yang sudah dilakukan. Apabila hasil
penelitian menunjukkan hasil yang sudah memenuhi indikator keberhasilan, maka
hasil refleksi dijadikan sebagai rekomendasi
penelitian. Pada tugas ini diasah kembali
kemampuan guru untuk merekam semua data dan melakukan refleksi kembali.
Tugas
10 yakni mengumpulkan semua hasil dan membuat laporan
PTK. Pada tahap ini guru
mengumpulkan semua tugas yang dikerjakan dan melaporkan sebagai laporan PTK. Pada tugas terakhir ini bertujuan untuk melatih para
guru dalam membuat laporan PTK. Mulai dari membuat deskripsi proses
pembelajaran, hasil penelitian, maupun refleksi baik pada siklus I maupun pada
siklus-siklus berikutnya.
Kesemua tugas dalam T4A
merupakan strategi yang memudahkan dalam meningkatkan kemampuan melaksanakan
PTK. Langkah-langkah dalam T4A mengikuti alur
perencanaan, pelaksanaan, maupun pelaporan PTK. Alur tersebut sangat alamiah,
dan jika dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, maka pelaksanaan PTK akan sangat
mudah.
No comments:
Post a Comment