Pendahuluan
Perubahan yang serba cepat akibat kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi telah mengubah tatanan hidup yang lebih global baik fisik maupun
psikis. Manusia sedemikian dimanjakan oleh produk ilmu pengetahuan dan
teknologi. Namun kemajuan tersebut ternyata tidak hanya berdampak positif
seperti yang diharapkan, tetapi sangat banyak pula yang berdampak negatif.
Dampak negatif seperti ekses polusi dari teknologi, ekses pengangguran dari
pengalihan tenaga manusia ke mesin, dan semakin langkanya sumber daya manusia
yang turut memojokkan manusia dalam kompetisi global tersebut.
Menyikapi fenomena tersebut, maka diperlukan sumberdaya
manusia yang berkualitas, berbeda dari sekedar manusia seperti masa lalu.
Mereka diharapkan mampu mengantisipasi dunia global dengan tuntutan teknologi
canggih beserta pemecahan masalahnya dan mampu dengan cepat mengantisipasi
perubahan-perubahan yang mempunyai pemikiran analisis yang tajam, dan
kreativitas yang tinggi serta peka akan tantangan persoalan-persoalan yang ada disekitarnya.
Kualitas sumber daya manusia yang tidak hanya lihai menggunakan produk tetapi
kreatif mencipta. Manusia yang tidak hanya bisa bermanja-manja dengan kemewahan
produk ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi manusia yang melek dalam
memanfaatkan produk dan lihai menghindari dampak negative dari sebuah produk.
Manusia-manusia seperti itu tidak bisa dilahirkan hanya
dengan pola pendidikan yang memanjakan, tetapi pendidikan yang melatih
penalaran, kepekaan, dan keterampilan dalam proses penemuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta berbagai penerapannya. Termasuk manusia yang dibiasakan
berpikir dengan pola saintifik atau memiliki kemampuan meneliti. Yaitu
kemampuan untuk bertanya tentang sebuah fenomena, melihat, mencoba,
menganalisis, dan menyimpulkan. Kemampuan tersebutlah yang sangat penting untuk
ditumbuhkembangkan sehingga bisa menjawab berbagai halangan, rintangan, peluang
dan tantangan di era global ini.
Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan meneliti sangatlah
penting dikembangkan pada siswa. Peningkatan kemampuan meneliti secara
sederhana telah dirintis melalui ppembelajaran dengan model saintifik pada
berbagai mata pelajaran. Namun demikian capaian peningkatan kemampuan
penelitian belum berjalan secara optimal. Untuk hal tersebut, maka peningkatan
kemampuan meneliti melalui jalur-jalur lain sangat penting dilakukan.
Salah satu bentuk jalur yang dapat dilakukan adalah dengan
mengoptimalkan pelaksanaan ekstrakurikuler khususnya ekstrakurikuler karya
ilmiah remaja (KIR). KIR adalah sebuah ekstrakurikuler yang menekuni bidang
penelitian ilmiah. Melalui kelompok tersebut, maka siswa dilatih untuk mampu
melakukan penelitian. KIR di SMP Negeri 1 Susut diberi nama Ikatan Siswa ilmiah
SMP Negeri 1 Susut (IKSIS) yang sudah didirikan sejak tahun 2003. Namun setelah sekitar 12 tahun didirikan
belum mampu menumbuhkembangkan kemampuan meneliti secara optimal. Dengan
demikian perlu ditempuh cara-cara peningkatan yang lebih sistematis dan
terstruktur.
Pembinaan yang dilakukan sebelumnya masih dilakukan secara
konfensional yakni pemberian materi tentang penelitian dilanjutkan penugasan.
Pada proses penugasan inilah siswa belum mampu secara mandiri menghasilkan
sebuah penelitian. Untuk hal tersebut, maka dilakukan pembinaan yang lebih
komprehensif dengan berbagai upaya dalam mengembangkan kemampuan meneliti siswa
mulai dari penemuan masalah hingga memperoleh simpulan atas jawaban
permasalahan yang diajukan.
Dengan demikian dilakukanlah pembinaan dengan model yang
mengkombinasikkan antara pemberian infoormasi, penugasan, diskusi mendalam
(elaborasi) dan pendampingan secara intensif. Untuk itu diajukanlah sebuah pembinaan
dengan model informasi, penugasan, elaborasi, informasi, penugasan, elaborasi,
pendampingan intense (IPE-IPEPI).
Peningkatan Kemampuan Meneliti
Kemampuan meneliti adalah sebuah
kompetensi untuk melakukan pemecahan masalah secara sistematis, mengikuti
metode ilmiah, berdasarkan fakta, dan berpedoman pada teori. Metode ilmiah
digunakan oleh para ilmuwan sebagai alat untuk menemukan jawaban terhadap
pertanyaan. Metode ilmiah adalah suatu proses berpikir untuk mendapatkan cara
penyelesaian yang mungkin terhadap suatu masalah.
Keluaran
penelitian harus mengandung kontribusi atau nilai tambah, harus ada sesuatu
yang baru untuk ditambahkan pada perbendaharaan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang ada. Originalitas yang dikandung dalam kontribusi penelitian dapat
berlainan tingkatnya, dan tingkat kontribusi ini akan menentukan mutu
penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode ilmiah. Penerapan
metode ilmiah dalam penelitian bertujuan agar keluaran penelitian dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya atau mutunya. Penelitian merupakan suatu
siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara terus menerus.
Peningkatan kemampuan meneliti adalah penumbuhan kemampuan
bidang penelitian mulai dari identifikasi masalah, merumuskan masalah,
penelusuran pustaka, rancangan penelitian, pengumpulan data, analisis data,
sampai dengan menarik simpulan, dan diakhiri dengan pelaporan. Secara lengkap peningkatan
kemampuan meneliti dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Peningkatan kemampuan
mengidentifikasi masalah. Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang
dihadapi, peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab
atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Untuk itu, diperlukan
perumusan tujuan penelitian yang jelas, yang mencakup pernyataan tentang
mengapa penelitian dilakukan, sasaran penelitian, maupun pikiran penggunaan dan
dampak hasil penelitian.
2. Peningkatan kemampuan merumuskan
masalah. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan pembuatan model. Hipotesis
merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya
hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak
hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang
menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala
yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan
penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien.
3. Peningkatan kemampuan menelusuri
pustaka. Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan
subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk
mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat
menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka
dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.
4. Peningkatan kemampuan membuat
rancangan penelitian. Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan
dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami
berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi
rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan
rancangan penelitian.
5. Peningkatan
kemampuan mengumpulkan data. Data
penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah
ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau
pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan
fakta mengenai obyek yang diteliti.
6. Peningkatan kemampuan mengolah data.
Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara
sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah
ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan
mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang
diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan
atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk
hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi
untuk membuktikan hipotesis baru.
7. Peningkatan kemampuan menyimpulkan
hasil. Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada
data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan
peneliti untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara
sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap
kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan
sifat data dan model yang digunakan.
Pembinaan KIR Dengan Model
IPE-IPEPI
Pembinaan
Kelompok Ilmiah Remaja, hampir disetiap sekolah dilakukan. Tetapi keberhasilan
pembinaan tersebut tidak semuanya sama. Ada sekolah yang berhasil melakukan
pembinaan hingga siswanya berhasil menelorkan sebuah lapora penelitian, bahkan
sampai memenangkan lomba-lomba penelitian ilmiah. Tetapi juga tidak sedikit
yang gagal menghasilkan sebuah penelitian.
Untuk
hal tersebut, maka pembinaan yang diberikan haruslah dapat menggugah semangat
siswa untuk melakukan penelitian. Sebuah model yang mampu membuat siswa betah
mengikuti proses pembinaan hingga terslesaikannya sebuah laporan penelitian.
Untuk hal tersebut, maka diajukan sebuah pembinaan KIR dengan model IPE-IPEPI
(Informasi Penugasan Elaborasi Informasi Penugasan Elaborasi Pendampingan yang
Intensif). Pembinaan dengan model
IPE-IPEPI sangat berbeda dengan cara mengajar KIR yang konvensional.
Proses
peningkatan kemampuan meneliti dengan model IPE-IPEPI pada ikatan siswa ilmiah
SMP Negeri 1 Susut melalui tujuh tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut
adalah sebagai berikut. Pertama, Informasi. Tahapan informasi adalah proses
pemberian informasi berupa materi karya ilmiah remaja tingkat dasar. Tahap Kedua, Penugasan. Penugasan adalah
sebuah tahapan pemberian tugas kepada siswa. Tahap Ketiga, Elaborasi. Tahap
elaborasi adalah proses diskusi yang mendalam antara siswa dengan Pembina.
Tahap Keempat, Informasi yang kedua. Pemberian informasi yang kedua diberikan
kepada siswa setelah memutuskan masalah yang akan diteliti serta
variable-variabel yang terlibat.
Tahap kelima, Penugasan
yang kedua. Penugasan yang diberikan adalah berupa pembedahan teori serta
pengumpulan kepustakaan, perancangan penelitian, pembuatan instrument,
penentuan teknik analisis data, serta pembuatan proposal penelitian. Tahap
Keenam, Elaborasi ke dua. Pada tahap elaborasi yang kedua dilakukan penelusuran
terhadap tugas yang telah dibuat oleh siswa. Tahap Ketujuh, Pendampingan Intensif.
Proses pendampingan intensif adalah pendampingan yang dilakukan oleh Pembina
kepada siswa pada setiap satu penelitian.
Simpulan
1) Proses
pembinaan dengan model IPE-IPEPI melalui tujuh tahapan yakni pemberian informasi atau materi
dasar tentang penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan penugasan tentang penemuan
masalah dan pemecahannya, elaborasi terhadap masalah yang ditemukan dan
pemecahannya, pemberian informasi tentang teori dan metode penelitian,
penugasan tentang metode dan proposal penelitian, elaborasi terhadap teori dan
metode penelitian yang sudah dibuat, serta pendampingan secara intensif proses
penelitian sampai dengan pelaporan hasil penelitian.
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta :
Rineka Cipta
............, 2002, Prosedur
Penelitian Suatu Model Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi dan
Cepi Safrudin Abdul Jabar. 2007. Evaluasi Program Pendidikkan, Pedoman
Teoritisi Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Buchari, Muchtar. 1994. Spektrum
Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta : PT Tiara Wacana
Yogyakarta
..........., 2006. Model
Peningkatan Diri, Jakarta : Badan Penelitian dan Peningkatan Pendidikan
Nasional, Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional
Kountur, Ronny. 2005.Statistik
Praktis. Jakarta : PPM
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Sugiyono. 2002. Metode
Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Alfabeta
……….., 2002. Statistika
untuk Penelitan. Bandung : CV. Alfabeta.
Suryadi, Ace &
H.A.R. Tilaar. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Tilaar, H. A.R. 1999. Beberapa
Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang :
Indonesia Tera.
............, 2005. Manifesto
Pendidikan Nasional Tinjauan dari Persfektif Postmodernisme dan Studi Kultural,
Jakarta. : Kompas.
..........., 2004. Paradigma
Baru Pendidikan Nasional. Jakarta : PT Rineka Cipta
No comments:
Post a Comment