Tuesday, January 12, 2016

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENELITI MELALUI PEMBINAAN DENGAN MODEL IPE-IPEPI

Pendahuluan
Perubahan yang serba cepat akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah tatanan hidup yang lebih global baik fisik maupun psikis. Manusia sedemikian dimanjakan oleh produk ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun kemajuan tersebut ternyata tidak hanya berdampak positif seperti yang diharapkan, tetapi sangat banyak pula yang berdampak negatif. Dampak negatif seperti ekses polusi dari teknologi, ekses pengangguran dari pengalihan tenaga manusia ke mesin, dan semakin langkanya sumber daya manusia yang turut memojokkan manusia dalam kompetisi global tersebut.
Menyikapi fenomena tersebut, maka diperlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, berbeda dari sekedar manusia seperti masa lalu. Mereka diharapkan mampu mengantisipasi dunia global dengan tuntutan teknologi canggih beserta pemecahan masalahnya dan mampu dengan cepat mengantisipasi perubahan-perubahan yang mempunyai pemikiran analisis yang tajam, dan kreativitas yang tinggi serta peka akan tantangan persoalan-persoalan yang ada disekitarnya. Kualitas sumber daya manusia yang tidak hanya lihai menggunakan produk tetapi kreatif mencipta. Manusia yang tidak hanya bisa bermanja-manja dengan kemewahan produk ilmu pengetahuan dan teknologi tetapi manusia yang melek dalam memanfaatkan produk dan lihai menghindari dampak negative dari sebuah produk.
Manusia-manusia seperti itu tidak bisa dilahirkan hanya dengan pola pendidikan yang memanjakan, tetapi pendidikan yang melatih penalaran, kepekaan, dan keterampilan dalam proses penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berbagai penerapannya. Termasuk manusia yang dibiasakan berpikir dengan pola saintifik atau memiliki kemampuan meneliti. Yaitu kemampuan untuk bertanya tentang sebuah fenomena, melihat, mencoba, menganalisis, dan menyimpulkan. Kemampuan tersebutlah yang sangat penting untuk ditumbuhkembangkan sehingga bisa menjawab berbagai halangan, rintangan, peluang dan tantangan di era global ini.
Untuk hal tersebut, maka sekolah sebagai institusi pendidikan melalui implementasi kurikulum 2013, telah merubah tuntutan standar kompetensi lulusan. Lulusan yang dituntut adalah lulusan yang memiliki kompetensi spiritual, social, pengetahuan, dan keterampilan. Pembelajarannya pun sudah sedikit bergeser dari paradigm belajar secara ontologis, ke belajar secara ontologis, dan epistimologis serta aksiologis. Siswa tidak hanya harus tahu dan paham tentang konsep, tetapi harus tahu pula proses penemuan konsep tersebut. Dari medel tersebut diharapkan siswa mengerti tentang cara pemecahan masalah yang akan dihadapi serta yang terjadi disekitar dirinyak.
Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan meneliti sangatlah penting dikembangkan pada siswa. Peningkatan kemampuan meneliti secara sederhana telah dirintis melalui ppembelajaran dengan model saintifik pada berbagai mata pelajaran. Namun demikian capaian peningkatan kemampuan penelitian belum berjalan secara optimal. Untuk hal tersebut, maka peningkatan kemampuan meneliti melalui jalur-jalur lain sangat penting dilakukan.
Salah satu bentuk jalur yang dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan pelaksanaan ekstrakurikuler khususnya ekstrakurikuler karya ilmiah remaja (KIR). KIR adalah sebuah ekstrakurikuler yang menekuni bidang penelitian ilmiah. Melalui kelompok tersebut, maka siswa dilatih untuk mampu melakukan penelitian. KIR di SMP Negeri 1 Susut diberi nama Ikatan Siswa ilmiah SMP Negeri 1 Susut (IKSIS) yang sudah didirikan sejak tahun 2003.  Namun setelah sekitar 12 tahun didirikan belum mampu menumbuhkembangkan kemampuan meneliti secara optimal. Dengan demikian perlu ditempuh cara-cara peningkatan yang lebih sistematis dan terstruktur.
Pembinaan yang dilakukan sebelumnya masih dilakukan secara konfensional yakni pemberian materi tentang penelitian dilanjutkan penugasan. Pada proses penugasan inilah siswa belum mampu secara mandiri menghasilkan sebuah penelitian. Untuk hal tersebut, maka dilakukan pembinaan yang lebih komprehensif dengan berbagai upaya dalam mengembangkan kemampuan meneliti siswa mulai dari penemuan masalah hingga memperoleh simpulan atas jawaban permasalahan yang diajukan.
Dengan demikian dilakukanlah pembinaan dengan model yang mengkombinasikkan antara pemberian infoormasi, penugasan, diskusi mendalam (elaborasi) dan pendampingan secara intensif. Untuk itu diajukanlah sebuah pembinaan dengan model informasi, penugasan, elaborasi, informasi, penugasan, elaborasi, pendampingan intense (IPE-IPEPI).
           
Peningkatan Kemampuan Meneliti
            Kemampuan meneliti adalah sebuah kompetensi untuk melakukan pemecahan masalah secara sistematis, mengikuti metode ilmiah, berdasarkan fakta, dan berpedoman pada teori. Metode ilmiah digunakan oleh para ilmuwan sebagai alat untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan. Metode ilmiah adalah suatu proses berpikir untuk mendapatkan cara penyelesaian yang mungkin terhadap suatu masalah.
 Keluaran penelitian harus mengandung kontribusi atau nilai tambah, harus ada sesuatu yang baru untuk ditambahkan pada perbendaharaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. Originalitas yang dikandung dalam kontribusi penelitian dapat berlainan tingkatnya, dan tingkat kontribusi ini akan menentukan mutu penelitian. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan metode ilmiah. Penerapan metode ilmiah dalam penelitian bertujuan agar keluaran penelitian dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya atau mutunya. Penelitian merupakan suatu siklus. Setiap tahapan akan diikuti oleh tahapan lain secara terus menerus.
Peningkatan kemampuan meneliti adalah penumbuhan kemampuan bidang penelitian mulai dari identifikasi masalah, merumuskan masalah, penelusuran pustaka, rancangan penelitian, pengumpulan data, analisis data, sampai dengan menarik simpulan, dan diakhiri dengan pelaporan. Secara lengkap peningkatan kemampuan meneliti dapat diuraikan sebagai berikut.
1.      Peningkatan kemampuan mengidentifikasi masalah. Setelah menetapkan berbagai aspek masalah yang dihadapi, peneliti mulai menyusun informasi mengenai masalah yang mau dijawab atau memadukan pengetahuannya menjadi suatu perumusan. Untuk itu, diperlukan perumusan tujuan penelitian yang jelas, yang mencakup pernyataan tentang mengapa penelitian dilakukan, sasaran penelitian, maupun pikiran penggunaan dan dampak hasil penelitian.
2.      Peningkatan kemampuan merumuskan masalah. Perumusan masalah dapat dilakukan dengan pembuatan model. Hipotesis merupakan salah satu bentuk konkrit dari perumusan masalah. Dengan adanya hipotesis, pelaksanaan penelitian diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Pada umumnya hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menguraikan hubungan sebab-akibat antara variabel bebas dan tak bebas gejala yang diteliti. Hipotesis mempunyai peranan memberikan arah dan tujuan pelaksanaan penelitian, dan memandu ke arah penyelesaiannya secara lebih efisien.
3.      Peningkatan kemampuan menelusuri pustaka. Penelitian dimulai dengan penelusuran pustaka yang berhubungan dengan subyek penelitian tersebut. Penelusuran pustaka merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk penelitian. Penelusuran pustaka dapat menghindarkan duplikasi pelaksanaan penelitian. Dengan penelusuran pustaka dapat diketahui penelitian yang pernah dilakukan dan dimana hal itu dilakukan.
4.      Peningkatan kemampuan membuat rancangan penelitian. Rancangan penelitian mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian.
5.      Peningkatan kemampuan mengumpulkan data. Data penelitian dikumpulkan sesuai dengan rancangan penelitian yang telah ditentukan. Data tersebut diperoleh dengan jalan pengamatan, percobaan atau pengukuran gejala yang diteliti. Data yang dikumpulkan merupakan pernyataan fakta mengenai obyek yang diteliti.
6.      Peningkatan kemampuan mengolah data. Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan dan diorganisasikan secara sistematis serta diolah secara logis menurut rancangan penelitian yang telah ditetapkan. Pengolahan data diarahkan untuk memberi argumentasi atau penjelasan mengenai tesis yang diajukan dalam penelitian, berdasarkan data atau fakta yang diperoleh. Apabila ada hipotesis, pengolahan data diarahkan untuk membenarkan atau menolak hipotesis. Dari data yang sudah terolah kadangkala dapat dibentuk hipotesis baru. Apabila ini terjadi maka siklus penelitian dapat dimulai lagi untuk membuktikan hipotesis baru.
7.      Peningkatan kemampuan menyimpulkan hasil. Setiap kesimpulan yang dibuat oleh peneliti semata-mata didasarkan pada data yang dikumpulkan dan diolah. Hasil penelitian tergantung pada kemampuan peneliti untuk menfasirkan secara logis data yang telah disusun secara sistematis menjadi ikatan pengertian sebab-akibat obyek penelitian. Setiap kesimpulan dapat diuji kembali validitasnya dengan jalan meneliti jenis dan sifat data dan model yang digunakan.

Pembinaan KIR Dengan Model IPE-IPEPI
            Pembinaan Kelompok Ilmiah Remaja, hampir disetiap sekolah dilakukan. Tetapi keberhasilan pembinaan tersebut tidak semuanya sama. Ada sekolah yang berhasil melakukan pembinaan hingga siswanya berhasil menelorkan sebuah lapora penelitian, bahkan sampai memenangkan lomba-lomba penelitian ilmiah. Tetapi juga tidak sedikit yang gagal menghasilkan sebuah penelitian.
            Untuk hal tersebut, maka pembinaan yang diberikan haruslah dapat menggugah semangat siswa untuk melakukan penelitian. Sebuah model yang mampu membuat siswa betah mengikuti proses pembinaan hingga terslesaikannya sebuah laporan penelitian. Untuk hal tersebut, maka diajukan sebuah pembinaan KIR dengan model IPE-IPEPI (Informasi Penugasan Elaborasi Informasi Penugasan Elaborasi Pendampingan yang Intensif).             Pembinaan dengan model IPE-IPEPI sangat berbeda dengan cara mengajar KIR yang konvensional. 
            Proses peningkatan kemampuan meneliti dengan model IPE-IPEPI pada ikatan siswa ilmiah SMP Negeri 1 Susut melalui tujuh tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut. Pertama, Informasi. Tahapan informasi adalah proses pemberian informasi berupa materi karya ilmiah remaja tingkat dasar.        Tahap Kedua, Penugasan. Penugasan adalah sebuah tahapan pemberian tugas kepada siswa. Tahap Ketiga, Elaborasi. Tahap elaborasi adalah proses diskusi yang mendalam antara siswa dengan Pembina. Tahap Keempat, Informasi yang kedua. Pemberian informasi yang kedua diberikan kepada siswa setelah memutuskan masalah yang akan diteliti serta variable-variabel yang terlibat.
Tahap kelima, Penugasan yang kedua. Penugasan yang diberikan adalah berupa pembedahan teori serta pengumpulan kepustakaan, perancangan penelitian, pembuatan instrument, penentuan teknik analisis data, serta pembuatan proposal penelitian. Tahap Keenam, Elaborasi ke dua. Pada tahap elaborasi yang kedua dilakukan penelusuran terhadap tugas yang telah dibuat oleh siswa. Tahap Ketujuh, Pendampingan Intensif. Proses pendampingan intensif adalah pendampingan yang dilakukan oleh Pembina kepada siswa pada setiap satu penelitian.

Simpulan
1)      Proses pembinaan dengan model IPE-IPEPI melalui tujuh  tahapan yakni pemberian informasi atau materi dasar tentang penelitian ilmiah, dilanjutkan dengan penugasan tentang penemuan masalah dan pemecahannya, elaborasi terhadap masalah yang ditemukan dan pemecahannya, pemberian informasi tentang teori dan metode penelitian, penugasan tentang metode dan proposal penelitian, elaborasi terhadap teori dan metode penelitian yang sudah dibuat, serta pendampingan secara intensif proses penelitian sampai dengan pelaporan hasil penelitian.


PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

............, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Model Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safrudin Abdul Jabar. 2007. Evaluasi Program Pendidikkan, Pedoman Teoritisi Praktis Bagi Praktisi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Buchari, Muchtar. 1994. Spektrum Problematika Pendidikan di Indonesia. Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogyakarta
..........., 2006. Model Peningkatan Diri, Jakarta : Badan Penelitian dan Peningkatan Pendidikan Nasional, Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional
Kountur, Ronny. 2005.Statistik Praktis. Jakarta : PPM
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Offset
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : CV. Alfabeta
……….., 2002. Statistika untuk Penelitan. Bandung : CV. Alfabeta.
Suryadi, Ace & H.A.R. Tilaar. 1993. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Tilaar, H. A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21. Magelang : Indonesia Tera.
............, 2005. Manifesto Pendidikan Nasional Tinjauan dari Persfektif Postmodernisme dan Studi Kultural, Jakarta. : Kompas.
..........., 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta : PT Rineka Cipta


No comments:

Post a Comment